Calon-calon maestro dari lampu merah simpang Dago
Biola adalah instrumen musik yang begitu artistik Ia gelap berwibawa seperti ada nyawa dalam rongganya, seperti ada sejarah yang tercatat pada serat-seratnya. Ia berkilat melengkung dingin menjaga jarak anggun sekaligus rapuh.
Biola bukanlah alat musik yang sembarangan. Ia terhormat seperti tubuh perempuan. Kita sering terpaku ketika mendengar orang main biola. Getaran dawainya mampu menimbulkan suara yang membuat hati menggeletar, sebuah perasaan nyaman yang tak dapat dijelaskan. Jeritan suaranya menerobos jiwa seperti ada daya magis yang datang entah darimana. Dan sudah jelas bahwa biola adalah alat musik yang memiliki kelas. Alat ini sepertinya hanya berhak dipegang orang oleh berjiwa musik yang menjunjung tinggi seni.
Apakah biola berhak dipegang oleh pengamen lampu merah ? Jawabannya tentu saja sangat boleh, selama biola itu barang halal (bukan barang curian) dan bisa menggunakannya sebagaimana mestinya atau masih dalam proses pembelajaran yang sungguh-sungguh. Dani, Dedy dan Arif adalah tiga orang pengamen dari ratusan pengamen yang memakai alat musik biola. Tiga orang pengamen lampu merah simpang Dago ini mengaku masih dalam tahap pembelajaran tapi permainan mereka cukup menggetarkan senar-senar biola dengan syahdu. Mengantarkan tembang kenangan yang merasuk dada. Meraih recehan dari pengendara mobil dan penumpang angkutan umum.
Daftar peringkat Pasanggiri Basa Sunda tingkat SD jeung SMP sa-kota Cimahi 17 -18 Maret taun 2012
MGMP MULOK WAJIB BAHASA SUNDA